How I Deal with My Bipolar Disorder

Hmm… Bagaimana caraku menghadapi gangguan bipolarku? Judul yang, aku yakin, membuat kalian semua bertanya-tanya, “Apa itu bipolar disorder?” hingga mungkin, “Karin punya gangguan bipolar?”. Tidak heran kalian yang belum mengerti mengenai gangguan ini pasti langsung menancapkan stigma padaku mengenai orang-orang yang memiliki gangguan bipolar.
Well… let me tell you something, gangguan bipolar tidak seperti yang kalian pikirkan.

Sebelum beranjak ke banyak cerita mengenai gangguan bipolar yang ku alami, sebaiknya kita mengetahui dahulu,
apa itu ‘gangguan bipolar’?
Dikutip dari alodokter, sedikit tentang bipolar, Gangguan bipolar adalah gangguan mental yang ditandai dengan perubahan emosi yang drastis. Seseorang yang menderita bipolar dapat merasakan gejala mania (sangat senang) dan depresif (sangat terpuruk).

Begitu singkatnya penjelasan mengenai gangguan bipolar. Yup, diriku mengalami semua fase mania atau yang kerap disebut manic dan juga fase depresif. Kedua fase tersebut kulalui setiap tahunnya. Yang kurasakan ketika melalui fase manic adalah diriku memiliki penuh ide, merasa sangat kreatif sampai tidak bisa tidur di malam hari, ingin buat ini dan itu, pokoknya diriku merasa senang yang bisa dibilang berlebih. Fase depresif, kulalui dengan hari-hari yang sendu dan suram, malas, tidak ingin bertemu orang, merasa tak berguna, dan masih banyak hal-hal negatif lainnya yang berdampak padaku.

“Wah apa aku bipolar juga ya? Aku mengalami semua yang Karin alami!” Eits tunggu dulu, kita tidak bisa sembarang mendiagnosa diri hanya karena membaca sepercik tulisan pengalaman orang lain ataupun lansiran dari internet. Kalian perlu mengunjungi psikolog dan psikiatris untuk benar-benar yakin mengenai apa yang kalian alami. Kita tidak boleh langsung self diagnose diri tanpa diagnosa akurat dari dokter yang bersangkutan. Jadi, aku harap dengan tulisanku ini kalian tidak langsung mendiagnosa diri. Tujuan dari tulisanku kali ini tidak lain tidak bukan adalah untuk dua hal: mengedukasi dan meyakinkan kalian semua penderita gangguan bipolar, kalian tidak sendiri,
we can get through this together.

Lantas bagaimana diriku mengetahui aku memiliki gangguan bipolar? Singkat cerita, sebelum pergi ke psikiatris, aku rutin pergi ke psikolog, hanya untuk mencurahkan isi hati dan pikiran, biasanya tentang percintaan dan kerjaan.
Namun, seringkali diriku merasa down berlebihan hingga dua sampai tiga bulan lamanya. Hingga akhirnya aku memberanikan diriku untuk melakukan test kepribadian di psikologku tersebut. Berujung dengan rujukan aku memiliki gangguan bipolar, berdasarkan hasil test dan track record mood-ku selama ini. Lalu psikologku menyarankanku untuk pergi bertemu psikiatris, untuk meyakinkan apakah aku memerlukan bantuan obat atau tidak.

Pada saat itu aku merasa sedih sekali, serta enggan menerima kenyataan bahwa diriku memiliki gangguan bipolar. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan diriku tentang bipolar, dulu aku adalah salah satu orang yang memiliki stigma kurang baik tentang orang-orang dengan gangguan bipolar. Aku menolak bahwa aku memiliki gangguan bipolar,
aku enggan mempercayai kenyataan tersebut.

Sedikit mengenai gangguan bipolar, gangguan bipolar itu ada tingkatannya; ringan, sedang, dan berat. Terkadang ada yang memerlukan obat dari dokter untuk membantu meredakan fase-fase yang sempat kita bahas tadi. Aku tidak tahu bahwa aku ada di fase sedang atau mild, karena aku menolak kenyataan tadi.
Namun, seiring berjalannya waktu, aku semakin tidak bisa mengontrol emosiku sendiri, kalau lagi senang, bukan main senangnya, kalau lagi sedih, bukan main pula sedihnya.

Suatu waktu, aku mendapati diriku berada di fase depresif yang cukup berat, hingga, sangat kusesali, aku hampir mengakhiri hidupku. Pada saat itu aku tersadar dan bangkit untuk berhenti menolak apa yang terjadi pada diriku. Aku memantapkan diriku untuk mengikuti anjuran psikologku untuk pergi menemui psikiatris.
And so I did.

Setelah aku bertemu psikiatris, dokterku meyakinkan hal yang sama pula bahwa aku memiliki gangguan bipolar. Namun, aku sangat menyukai cara penyampaiannya. Beliau mengatakan, aku tidak perlu takut atau sedih mengenai hal ini, seingatku begini katanya “This is you, the bipolar itself is in you, you need to accept yourself for what you are, masa kamu mau benci diri kamu sendiri? Learn to accept and to live with it. Percaya sama dokter kamu akan hidup lebih tenang.”
Mendengarnya membuat ku tersadar dan lega, betul katanya, aku perlu belajar mencintai diri sendiri dan semua yang ada pada diriku. Dengan begitu aku bisa hidup lebih damai.

Dokter memberiku beberapa obat dengan resep yang harus kuminum demi menjaga fase-fase tersebut agar tidak mengganggu well being dan kegiatanku sehari-hari. Dulu aku sempat berfikir, aku takut untuk minum obat bipolar resep dari dokter karena takut ketergantungan, lagi-lagi stigma yang aku dapat dari pop culture yang ternyata setelah melakukan self healing dan rutin minum obat, aku merasakan aku yang memegang kontrol atas diriku. Tidak lagi kurasakan aku tak bisa mengendalikan diri, tidak lagi kurasakan aku tak menyayangi diriku, tidak lagi kurasakan hal-hal buruk tentang diriku.

Yang terpenting adalah self-acceptance, ketika kita sudah belajar menerima diri dan mencintai diri sendiri, aku yakin tidak ada masalah yang tidak bisa kita lalui dengan damai.
Sama seperti apa yang kulalui, sekarang aku lebih mengerti diriku, aku mengerti apa yang harus aku lakukan, dan bagaimana cara mencintai diriku sendiri.

Teruntuk kalian pejuang bipolar di luar sana, kalian hebat. Kalian kuat. Tak sadarkah kalian begitu tangguhnya sudah bertahan selama ini?
Ucapku, terima kasih teruntuk kalian yang sudah mau menerima diri dan menyayangi diri kalian sendiri.

Dan teruntuk kalian yang berjuang menemani teman atau keluarga atau pasangan kalian yang memiliki bipolar disorder, terima kasih banyak telah menerima kita apa adanya dan karena telah menjaga kita selama ini.

Terakhir, jangan pernah menyerah.

Love & Attachment

Love and attachment. Asingkah kalian dengan dua kata barusan? Memang terdengar seperti dua hal yang berbeda, namun sebenarnya hidup berdampingan. Lantas apa arti dan hubungannya kedua rangkaian kata tadi?


‘Love’ atau yang akrab kita sebut dengan cinta, adalah sebuah perasaan sayang, peduli, saling menghargai satu sama lain, dan semua perasaan tadi dirasakan secara tulus tanpa paksaan. Masih banyak penjelasan mengenai cinta, jikalau saja jemari dan tubuh ini mampu menorehkannya semuanya, semalampun kurasa takkan cukup.
Begitu kira-kira singkatnya tentang cinta.

Lalu, selanjutnya ‘Attachment’ sendiri menurut bahasa secara literal adalah lampiran. Namun bukan ‘Attachment’ seperti itu yang akan kita bahas di sini. ‘Attachment’ yang kita akan bahas memiliki arti ketergantungan atau bergantung.
Semakin dalam, semakin membingungkan. Apa hubungannya antara ‘Cinta’ dan ‘Bergantung’ ini?

Bahasan kita kali ini adalah mengenai hubungan perasaan antar lawan jenis, atau… baiklah, kita sebut hubungan percintaan.
Banyak di antara kita tidak mengetahui betul seperti apa perbedaan hubungan percintaan yang sehat dan seperti apa yang tidak. Tentunya jelas sekali karena kita tidak pernah mendapatkan pelajaran mengenai percintaan di sekolah atau di manapun, dan hal ini membuat kita semua, buta cinta.

Mungkin di sini aku akan sedikit bercerita tentang pengalaman pribadiku yang membawaku menulis artikel mengenai ‘Love & Attachment’ ini. Yup, aku pernah ada di dilema antara “Apakah benar yang kurasakan ini cinta? Ataukah hanya sekedar berketergantungan terhadap kehadirannya dan kebiasaan yang biasa kita lakukan?”

Aku pernah berada di suatu hubungan percintaan yang cukup rumit. Awalnya hubungan kami berjalan dengan lancar seperti hubungan percintaan pada umumnya. Namun, seiring hari kian hari berlalu, aku merasakan bahwa hubungan yang kami jalankan sudah tidak seperti yang dulu terasa.
Dia mulai mengekangku, mulai cemburu terhadap hal-hal kecil hingga besar, bahkan mulai mengucilkan diriku. Aku sendiripun tidak tahu apa tujuannya ‘Cinta’ berbuat semua hal konyol tadi. Dan bodohnya, aku tetap bertahan.

Di awali dari cemburu kecil terhadap lawan jenis yang berkomunikasi denganku, yang kuanggap masih dalam batas wajar. Namanya juga cinta monyet. Lama kelamaan, mulai melarangku pula bermain dengan teman-teman perempuanku.
Aku sempat marah dan mengutarakan perasaan ketidaksukaanku terhadap sikap larangan yang berlebihan tersebut. Namun, seperti yang kuduga, argumen tersebut berakhir pada pertengkaran hebat yang berujung kata ‘putus’.

Hari demi hari berlalu dengan status ‘putus’ tadi, aku pikir sudahlah mungkin memang belum cocok. Tiba-tiba, dia datang kembali dengan semua ucap manisnya dan sepercik kata ‘maaf’. Luluh, lalu kembali. Begitu kira-kira caraku mendeskripsikan lugunya aku pada waktu itu.

Salah diriku mengira bahwa dia telah berubah. Justru sikapnya semakin menjadi-jadi. Kekangan semakin parah dan kali ini disertai ucapan-ucapan kasar seperti ‘Dasar murahan’, ‘Jangan kaya jablay deh’, ‘Lo harusnya bersyukur gue masih mau sama lo’. Singkat dan pedihnya seperti itu.
Hari demi hari ucapan kasar nan merendahkan terucap. Manusia dan hebatnya kerja otak mendoktrinku pikiranku bahwa aku adalah seperti apa yang terucap dari mulutnya hari kian hari, aku sampah.
Aku bukan apa-apa.
Hanya dia yang sayang dan mengerti aku.
Aku gak bisa kehilangan dia.
Aku sampah.

Berbulan-bulan bertahan, ingin pergi tapi hati dan logika tak pernah sejalan. Di saat logika sudah meronta-ronta mempertanyakan di mana harga diriku, di satu sisi, hatipun tak kalah suaranya menyaut logika bahwa aku sayang dan tak bisa kehilangan dia.

Aku yakin kalian mempertanyakan apalagi sih yang tertanam di benak dan hatiku sampai enggan pergi dari hubungan seperti itu. Tidak, teman, tidak semudah itu pergi dari hubungan percintaan yang tidak sehat.
Jangan bilang aku belum mencoba untuk pergi! Sudah berkali-kali diriku pergi dan berkali-kali pula diriku memutuskan untuk kembali karena tak bisa sendiri dan tak kuasa menahan pikiran tak bisa jauh darinya.

Berbulan-bulan berjuang, hingga rutin diri ini menemui psikolog yang kian selalu menjadi tempat bersandar atas rasa sakit pada masa itu. Beliau mengatakan sesuatu yang akhirnya membuatku memberanikan diri untuk pergi. Love & Attachment. Ia meyakinkanku untuk mengetahui perbedaannya. Apakah hubunganku ini suatu hubungan percintaan? Atau justru hubungan ketergantungan?

Setelah lama berfikir dan merenung, suatu waktu akhirnya aku berhasil pergi dari hubungan tersebut. Hubunganku ini bukan ‘Cinta’ melainkan hanya hubungan ‘Ketergantungan’. Tergantung akan kehadirannya, tergantung akan kebiasaan sehari-hari dengannya, tergantung akan merasa disakiti, tergantung akan kata maaf manisnya ketika sehabis berbuat salah, tergantung akan bagaimana hebatnya dia bisa membuat kita merasa dilindungi padahal dikekang.

Tapi yasudah, semua sudah berlalu. Sekarang aku tau apa bedanya. Dan aku bersyukur aku masih di sini dan bisa pergi dari hubungan ketergantungan tersebut. Aku berharap kalianpun bisa mengerti apa bedanya ‘Love’ and ‘Attachment’ dan bisa lebih membuat keputusan yang lebih bijak dari yang pernah kulalui.

Utarakan kepada pasanganmu, untuk berjalan disebelahmu bukan di depan, maupun di belakang mu,
Utarakan bahwa kau ingin seiring bukan digiring (Dee, Filosofi Kopi)

Dan tak lupa, beri ruang untuk pasanganmu dan kamu untuk bernafas,
Karena sebenarnya, apalaharticintabilatidakadaspasi?

Terima kasih, ya?

Lama tak menari jari-jemari ini di papan huruf komputerku ya nampaknya?

Yup, semenjak tulisan pertamaku memang belum ada niatanku untuk menulis lagi. Mengapa begitu? Yaaa, surprisingly tulisanku ternyata disambut dengan hangat oleh para pembaca dan penulis. Dari situ, aku banyak sekali dapat masukan berharga dari penulis-penulis senior, yang sangat-sangat menginspirasiku sebenarnya, salah satunya, ada seseorang yang mengatakan sebuah metafora tentang blog dan tulisan, begini kira-kira ucapnya “Layaknya sebuah rumah, kalau kamu ingin membangun sebuah rumah untuk tempat tinggal, alangkah lebih baik kamu bangun rumah tersebut langsung dari bahan-bahan yang kokoh dan bagus, agar tahan lama dan indah, jangan sampai sudah ditempati tapi belum rapi, nanti susah kalau mau bangun ulang harus menata ulang perabotan rumah lagi”. Yang dimaksud oleh penulis tersebut adalah, anggaplah blogku ini adalah rumahnya dan tulisan-tulisanku adalah perabotan rumahnya. Aku ingin blogku ini rapi dan di desain ulang oleh orang yang memang paham betul bagaimana merapikan sebuah blog, sebelum tulisanku bertambah banyak dan semakin susah merapikan blogku ini jika sudah terlalu banyak kata yang tertuang.

Begitu kira-kira singkatnya mengapa aku belum mulai menulis lagi, dari kemarin aku sedang sibuk mencari seorang web designer hehe. Baiklah kembali ke tujuan tulisanku kali ini.

Tak terasa sudah tahun baru, lagi. Waktu memang kejam kalau sudah urusan mencuri detik, tiba-tiba sudah tahun baru lagi. Tiba-tiba sudah hari Senin lagi. Tiba-tiba waktu liburan sudah abis lagi. Tiba-tiba tagihan akhir bulan sudah keluar lagi. Tiba-tiba kita sudah bukan pasangan lagi. Tiba-tiba dia sudah punya doi baru lagi. Tiba-tiba aku sudah punya anak lagi. Tiba-tiba anakku sudah bukan anak-anak lagi. Tiba-tiba aku baru sadar bahwa waktuku sudah tidak banyak lagi. Begitulah mengejutkannya kata “tiba-tiba” di realita kehidupan. Karena waktu, aku sadar bahwa kita semua tidak memiliki banyak waktu untuk sekedar dibuang sia-sia.

Sebenarnya tujuanku melancarkan tulisanku kali ini adalah hanya untuk menyampaikan banyak terima kasih untuk satu tahun penuh kenangan kemarin dan juga untuk menyampaikan harapan tahun baruku hehe.

Harapanku di tahun baru ini tidak lain dan tidak bukan adalah supaya kita semua mendapatkan kebahagiaan yang patut kita dapatkan. Jujur, setiap ulang tahunku, setiap tahun baru, ataupun waktu-waktu lainnya yang tepat untuk memanjatkan harapan, aku selalu berharap untuk kebahagiaan. Yup, kebahagiaanku, keluargaku, orang-orang di sekitarku, dan kebahagiaan kalian, orang-orang yang senantiasa mendukungku dari awal. Tidak pernah sekalipun aku memanjatkan harapan secara egois hanya untuk diriku sendiri. Entah kenapa.

Semoga di tahun ini, kalian yang sudah lama bertahan dan berjuang selama ini kembali bertahan dan berjuang.

Semoga di tahun ini, kalian yang belum menemukan jodoh akan segera dipertemukan dengan jodoh yang tepat dan baik.

Semoga di tahun ini, yang sedang mengharapkan kehadiran Sang Buah Hati akan segera diberikan momongan.

Semoga di tahun ini, yang sedang bingung bagaimana cara membayarkan hutang-piutangnya di masa lalu bisa terbayarkan hingga lunas.

Semoga di tahun ini, yang sedang menantikan kelulusan diberikan kelulusan dengan nilai yang memuaskan.

Semoga di tahun ini, yang sedang gundah harus mengakhiri hubungan tidak sehat segera mendapatkan kekuatan untuk pergi.

Semoga di tahun ini, kamu yang sedang menginginkan kenaikan pangkat atau jabatan segera mendapatkan posisi terbaik.

Semoga di tahun ini, rindumu dengan orang-orang tersayang yang sudah tiada bisa terbalaskan dengan apapun itu caranya.

Semoga di tahun ini, hubunganmu orang tuamu bisa menjadi lebih dari apa yang kita sebut baik-baik saja.

Semoga di tahun ini, hal-hal apapun yang berusaha kamu jauhi di tahun lalu berhasil kamu jauhi.

Semoga di tahun ini, banyak rezeki yang datang kepadamu dengan cara-cara yang tak kamu duga.

Semoga di tahun ini, keinginanmu untuk menikah tercapai!

Semoga di tahun ini, kamu yang sedang berjuang untuk melepas kecanduanmu terhadap hal duniawi yang tidak baik segera lepas.

Semoga di tahun ini, segala keraguan akan terjawab dengan kebahagiaan.

Semoga di tahun ini, tidak ada lagi terucap kata ‘Aku lelah. Aku menyerah.’ dan digantikan dengan kata ‘Ah gini doang rintangannya? Aku bisa, aku kuat!’.

Semoga di tahun ini, segala hati yang patah akan kembali bangkit dan bersinar.

Semoga di tahun ini, semesta akan mendekatkan kalian kepada yang jauh.

Semoga di tahun ini, lebih banyak pertemuan daripada perpisahan.

Semoga di tahun ini, jiwa-jiwa yang lelah kembali menemukan tujuannya untuk terus berjuang dan berkarya.

Semoga di tahun ini, semua yang pernah menjadi musuh akan kembali menjadi teman.

Semoga di tahun ini, semua perasaan sakit hatimu akan terbayarkan dengan segala perasaan suka cita dan hal-hal baik lainnya.

Semoga di tahun ini, yang sedang berjuang melawan penyakit yang kejam diberikan kekuatan untuk percaya dan bertahan, serta diberikan kesembuhan.

Semoga di tahun ini, bagi para ayah dan ibu di luar sana diberikan ketabahan dan kesabaran, selalu, dalam menghadapi anak-anaknya yang nakal hehe.

Semoga di tahun ini, para ayah dan ibu bisa mengerti bahwa anaknya tidak perlu lagi dikurung dan dituntun ke jalan kesuksesan, kita bisa sukses dengan jalan kita sendiri kok Yah, Bu hehe.

Semoga di tahun ini, para guru-guru yang tidak dianggap jasanya bisa terbalaskan dengan cara yang luar biasa hebatnya.

Semoga di tahun ini, para dokter-dokter bisa menyelamatkan banyak nyawa dan kembali menjadi pahlawan bagi mereka yang membutuhkan.

Semoga di tahun ini, dijauhkan hati kita dari pikiran kotor untuk korupsi atau mengkhianati bangsa ini.

Semoga di tahun ini, lebih banyak cinta daripada dengki.

Semoga di tahun ini, kamu akan dipertemukan dengan apapun itu yang akan menjadi alasan untuk kamu tetap dan terus bertahan, kalau bisa, selamanya ya?

Dan banyak semoga lainnya yang baik-baik untuk tahun ini.

Terima kasih aku ucapkan untuk kalian semua yang sudah bertahan hingga detik ini. Aku cuma ingin menyampaikan dari lubuk hati yang terdalam dan dengan niat yang paling tulus, “Kamu hebat.” Jangan pernah lagi ya berpikiran untuk menyerah? Lihat kebelakang, banyak sekali yang sudah kamu lalui, banyak sekali pelajaran berharga yang kamu pelajari, banyak sekali orang yang kamu bahagiakan, banyak sekali kebaikan-kebaikan lainnya yang sudah kamu lakukan.

Terima kasih, ya? Sudah mau dan bisa bertahan sampai di titik ini.

Kamu hebat. Kamu benar-benar hebat. You should be proud of yourself.

Alangkah lebih baiknya semua doa baik ditutup dengan, Aamiin aamiin ya rabbal’alamin.

This is Karin Novilda logging off. Selamat Tahun Baru!

PS: Segala ‘Semoga’ lainnya boleh kalian tambahkan di kolom komentar! Terima kasih sudah membaca ❤

Who is Karin Novilda?

Hi! So this will be my first writing! *yaaaay*

Karena gue tau market gue rata-rata teenagers, biar asik gue ngetiknya pake bahasa aja ya gez. Biar bisa dipahami semua orang juga, karena blog gue ini emang nggak diperuntukan buat professional writings juga. Hanya untuk menuangkan pikiran dan cerita-cerita menarik lainnya yang mungkin akan kalian suka. Tapi paling bakal bilingual juga sih he he he.

First of all, gue mau memperkenalkan diri gue sebagai Karin Novilda. I don’t really know where to start, but maybe I can start with my family background. Anggeplah tulisan pertama gue ini buat jadi perkenalan kita. So, gue sekarang berumur 22 tahun (huh I wish I could be forever 21) dan sedang menjalani karir di dunia per-influencer-an dan juga adalah CEO dan owner dari 4 start-ups yang sedang gue rintis. Keluarga gue mostly adalah dokter. Gue dateng dari background keluarga yang ‘alhamdulillah’ berkecukupan dan sederhana. Kedua orang tua gue dokter. My dad is an opthalmologists. And my mom is a dentist. Both of my grandma and granddad are professors. And most of my family are all doctors as well.

Phew… what a family, right? Kebayang gak, dengan semua title yang keluarga gue sandang, beban guenya gimana wkwk. Yang mungkin background keluarganya dokter pasti pahamlah tekanannya gimana. Mereka mengharapkan anak mereka bakal jadi dokter juga untuk nerusin mereka. Dan yap benar, both of my parents were demanding me to be a doctor, of course. Jadi dari kecil emang didikan gue udah ke arah sana, buat jadi dokter. Dari kecil gue udah masuk kelas IPA dan sering mengikuti banyak kegiatan sekolah yang berhubungan dengan intelektual sains. Gue juga sering mengikuti olimpiade sains dan juga matematika. Mungkin kalian juga pernah denger kalo gue dulu adalah salah satu murid berprestasi yang menyandang gelar peraih UN tertinggi se-provinsi. HA HA dan itu bener kok! Pure dari usaha dan belajar gue over years tanpa contekan hehe.

Nah, dengan didikan dokter tadi, ngebuat gue jadi tahan banting pagi, siang, sore, malem buat belajar dan terus belajar haha. Makanya mungkin terlihat gue orangnya selalu haus, haus akan pengalaman dan ilmu pengetahuan. Belum lagi didikan Ayah gue yang adalah seorang Tentara Angkatan Laut. Keras banget didikan mereka. Mereka gak pernah sedikitpun manjain gue, bahkan ketika mereka bisa. Mereka selalu ngajarin gue untuk hidup susah dan banyak bersyukur sama apa yang kita punya dihidup. Mereka juga gak pernah (apalagi) manjain gue dengan uang. Tapi kalian tahulah, pergaulan Jakarta serem cuy. Semua tentang uang dan kekuasaan. Gue juga orangnya banyak banget demandnya, pengen beli ini, beli itu, tapi gak mungkin dengan keadaan keluarga gue yang sangat tidak men-support gue untuk manja soal uang, untuk gue minta beliin ini itu ke nyokap atau bokap.

Dari situlah bermula, gue akhirnya memutuskan untuk berbisnis, semenjak kelas 1 SMP (umur berapa ya itu? hm…) gue sudah mulai membuat onlineshop kecil-kecilan untuk uang jajan tambahan dan Alhamdulillah ternyata berjalan dengan lancar. Pada saat itu di bulan pertama gue menghasilkan 25 juta pertamaku dari modal hanya 500 ribu yang diberikan Ayah. Nanti gue bakal sharing lebih lanjut ceritanya soal bisnis pertama gue hingga sekarang, ditulisanku yang berikutnya ya! Stay tuned!

Nah, entah kenapa seiring berjalannya waktu gue merasa bahwa gue lebih passionate di dunia bisnis ketimbang kedokteran. Seperti gak ada tekanan aja ketika gue melakukan bisnis. Lama-lama jadi kepikiran untuk berpindah haluan. Dan akhirnya gue memutuskan untuk memberanikan diri untuk ngomong ke nyokap dan bokap kalo gue mau masuk jurusan bisnis manajemen aja untuk kuliah gue. Dan yang mengejutkan adalah, mereka menyetujui setelah berdiskusi tak beberapa lama. Gue bilang ke mereka kalo menurut gue, gue gakaan bahagia kalo gue gak ngejalanin sesuatu yang bukan keinginan gue sendiri. Gue bilang sukses itu gak harus jadi dokter kok, masih banyak jalan lain untuk menuju kesuksesan. Dan mereka mengerti.

Lanjut ke step hidup gue dimana gue akhirnya masuk kuliah di Binus University jurusan Business Management, ehhh… gak lama diri gue viral secara tidak disengaja (jujur). Ini sebenernya another story sih nanti detailsnya ditulisan gue yang lain. So yeah, tiba-tiba gue akhirnya punya karir di dunia entertainment yang ternyata profitnya besar, diluar ekspektasi gue. Yang akhirnya mengharuskan gue untuk vakum kuliah dulu, karena keduanya bentrok dijadwal dan menurut gue, gue mau kejar dulu kesempatan yang ada di depan mata gue ini baru nanti gue kejar lagi pendidikan gue. Karena dulu gue mikirnya, ini masalah momentum, gue gak mungkin dikenal orang banyak lebih dari setahun. Ternyata dugaan gue salah HA HA HA. AwKarin is still a thing till now (kibas rambut).

So yeah, short story I got in really deep in this entertainment industry and decided to make my own start-ups. And I can say that it’s been going very well, Alhamdulillah. Setelah bertahun-tahun, banyak pencapaian dan segala pelajaran tentang pendewasaan diri yang gue dapet. Gue bersyukur banget bisa jadi diri gue yang sekarang ini dengan segala yang udah pernah gue lewatin. Sangat bersyukur. Mungkin berkat doa orang tua dan support orang-orang tedekat juga yang bisa bikin gue masih bertahan sampe sekarang. Banyak banget sih terpaan yang harus gue lewatin. Dan gue yakin gak akan hanya berhenti sampe di sini aja, gue yakin masih banyak cobaan lain yang bakal gue laluin kedepannya.

Seperti kata pepatah, “Semakin tinggi pohon kelapa, semakin besar angin yang menerjang”, tapi aku juga akan berpegang teguh sama satu pepatah ini, “Jadilah seperti padi, kian berisi kian merunduk”. InsyaAllah semua yang aku punya sekarang ini tidak akan pernah merubah seorang Karin Novilda yang dididik kedua orang tua yang super hebat.

Well, I don’t seem to have so much words on my mind right now, I think that’s all for now. I want you guys to know me as Karin Novilda, not AwKarin. I will try my best to write a page everyday hehe. Seneng deh kayanya gue nemuin my own coping mechanism on my mental breakdowns, is to write! It distracts my mind from overthinking everything. And maybe teruntuk kalian yang hatinya sedang gusar dan tidak damai kalian bisa coba deh cara yang gue coba ini, or maybe untuk kalian yang artist bisa nyoba to paint more often, untuk kalian yang suka nyanyi, try to do covers or make musics! Ya gak sih? Hehe.

Hope you had fun reading my first page of my blog. Dan maafkeun banget nih kalo masih banyak banget kurangnya, hehe I’m very new to this. But I’m really open to any kind of inputs! Thankyou so much for reading! Give me a feedback for my first writing on Twitter (@awkarin) or on my DM on Instagram (@awkarin, too HA.)

This is me Karin, logging off! Ciao!